Mungkin bagimu aku
adalah tikus, dan bagiku kamu adalah kucing. Kali ini aku tak mau melihat dari
sisi biasa, tetapi berusaha untuk melihat sisi yang luar biasa. Aku punya
kalimat “Kasih aku 1 tikus maka akan ku ubah bau mobilmu, kasih aku 1 kucing
maka akan ku belokkan mobilmu.” Tikus itu tak kalah lucu kok dengan kucing,
tikus itu lebih kecil daripada kucing, cerdik, cepat bertingkah. Coba rawat
tikus seperti merawat kucing pasti ia juga akan cantik. Tuuh kan bener, tak
kalah cantik dengan kucing kan? Sesuatu yang dirawat itu pasti akan memberikan
jawaban yang tidak seperti biasanya.
Walaupun aku masih
menganggap diriku amatiran, tapi ijinkan aku untuk menulis beberapa kalimat
mengenaimu ya teman J.
Sejak saat itu yang
kedua, aku tiba-tiba malas dan lebih sering berjalan sendiri setiap kali aku
mempunyai gagasan tertentu. Aku hanya
ingin diam sesaat saja bersama tikus
kecil yang kubawa, tikus kecil itu selalu mengikutiku. Kemanapun aku pergi, dia
selalu ada dibelakangku, bahkan sesekali ia memutari langkah kecilku untuk
memastikan ini benar-benar diriku.
Seandainya kalian ingin
tahu, mungkin nanti akan kuberitahu. Kebiasaan ini memang sudah menjadi
kebiasaan kami ketika 3 tahun yang lalu, sebuah perjalanan bersama teman
se-angkatan. Bermalam di kampus sudah menjadi sesuatu yang tak asing bagi kami,
begitupun tertidur ketika di kelas. Sedikit demi sedikit, aku bisa membaca
bahwa minoritas tidak pernah menang ketika berada di lingkup mayoritas.
Seandainya kalian
pernah berpapasan denganku, pasti langsung merasakan sesuatu. Aroma yang tidak asing lagi bagi
kalian, tapi tidak akan aku beritahu. Atau mungkin jangan-jangan kalian tidak
sadar karena kalian terlalu sibuk dengan sesuatu yang jaraknya lebih jauh, atau
mungkin terlalu sibuk dengan kotak mainan yang selalu kalian bawa kemanapun
kalian pergi. Sehingga aku menjadi seseorang yang tak terlihat keberadaannya,
kemudian semakin jauh dan benar-benar
tak terlihat. Itu semua karena jalanku yang melambat. Sudahlah aku sudah
biasa dengan hal itu, pikirku.
Kata tetangga, dulu aku
pemberani, aku pernah pura-pura menjadi pocong di pinggir jalan dan bersender
di samping pohon mindik (nggak tahu bahasa indonesianya pohon mindik apa ya,
wkwk). Aku juga pernah melempar petasan ke orang ketika lebaran, heehe afwan ya
mbah J
. Ah, kriyuk-kriyuk juga kok.
Kriyuk-kriyuk yang
mungkin selalu kupertanyakan dalam cerita masa kecilku. Dibilang sinetron tapi
bukan, dibilang bukan tapi memang bukan. Mungkin kalian bisa menyebutnya
fasetrack kehidupan. Aku lahir sebagai seorang anak perempuan, dan insyaallah
sampai sekarang juga masih perempuan. Anak kecil yang pernah terkurung di kotak
hitam di tengah masyarakat. Melihat pelindungnya meneteskan airmata, setelah
gerakan tangan dari seseorang yang mungkin tak asing baginya, juga tendangan
kaki dengan kekuatan pemain sepak bola. Kobaran api itu telah menjadi pusat
perhatianku, titik dimana hari setelahnya aku akan mendapat pengalaman baru
hingga membuatku menjadi seorang manusia seperti sekarang.
Suatu hari, sekitar 2
tahun yang lalu. Aku menemukan sebuah pintu yang terbuka. Tawaran mengikuti
kegiatan, dengan sistem seleksi. Mungkin ketika itu, Allah sedang membuka
hatiku agar terdorong rasa ingin ikut serta hingga aku merasa, ‘mungkin
disinilah aku bisa berkembang setelah satu tahun menggunakan jiwa kembaranku,’
curhatanku dalam hati. Satu tahun setelah itu, aku menemukan seorang teman.
Teman yang belum pernah aku temukan sebelumnya, orang-orang sering menyebutnya
anak-anak. Ternyata aku mulai menyukai mereka. Bentuknya yang kecil, tingkahnya
yang lucu walaupun terkadang tiba-tiba menangis, tertawa, berteriak memanggil.
Kakak-kakak aku ingin coklat, Kakak-kakak aku ingin makan, Kaaak aku ingin es
kriim. Haha, satu persatu panggilan itu mulai terdengar kriyuk-kriyuk. Katanya sih,
ngapain? Mengapa? Kenapa? Ya ini dia salah satu dari beberapa.
Kupilih untuk mengikuti
teman baruku di tingkat 2. Membina adalah suatu kata dengan arti membangun,
sedangkan mengajar mempunyai arti memberi pelajaran. Dua kata ini hampir sama
tapi jelas berbeda.
mengajar/meng·a·jar/ v memberi
pelajaran: guru
~ murid matematika; 2 melatih: ia ~ berenang;
Kakak ~ menari; 3 memarahi
(memukuli, menghukum, dan sebagainya) supaya jera;
ajar n petunjuk
yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut);berguru
kepalang -- , bagai bunga kembang tak jadi, pb ilmu yang
dituntut secara tidak sempurna, tidak akan berfaedah;
bina 1/bi·na / v, membina/mem·bi·na/ v 1 membangun; mendirikan (negara
dan sebagainya): kita bersama-sama -
negara baru yang adil dan makmur; 2 mengusahakan supaya lebih baik
(maju, sempurna, dan sebagainya): - bahasa Indonesia, berarti ikut - bangsa Indonesia;
pembina /pem·bi·na /n orang yang membina; alat untuk membina; pembangun;
Sumber- KBBI
1 hal yang aku temukan ‘membina
bisa jadi mengajar tapi mengajar tidak bisa dikatakan samadengan membina’.
Bukan tugas kita untuk menyampaikan, tetapi mengarahkan. Mengarahkan untuk
persiapan ketika bergerak jauh ke depan.
Entah ini salah atau
benar, aku belum berani menyebutkan ini membina karena aku masih belajar sambil
mengajar. Mengingat, 12 tahun sebelumnya aku tak pernah fokus di bidang ini,
tapi teman baruku ini membuat aku semakin nyaman dan bertahan. Adik-adikku mengajak
aku untuk berteman dan inilah yang yang aku suka. Mereka tak pernah berbohong,
sekalipun ucapannya tak sama 1 menit kemudian pasti akan menjadi sama. Mereka
mengajakku untuk bermain, sekalipun aku sudah gede (katanya) tapi aku
menyukainya. Karena anak-anak tidak pernah main-main saat bermain ( Laskar
seni). Mereka membuat aku merasa ‘diriku dibutuhkan.’ Walaupun hanya 1 dari
mereka yang datang, mencoba untuk melihat bahwa inilah peluang. Peluang di
masadepan.
Mungkin bagiku, hanya
mereka yang membutuhkanku, mungkin bagiku hanya mereka yang menganggapku teman
dan dibutuhkan untuk perkembangan bersama. Sungguh, aku selalu beranggapan
lirikan mu tak nyata, tak terlihat dan tak beraroma sedap. Aku selalu
mengartikan itu hanya berbunyi dikata saja, bukan dari hati kalau aku
benar-benar dibutuhkan disana. Atau itu semua karena aku yang tak mau
mendekatimu. Aku tidak tahu. Mungkin ini pilihan.
Mengutip dari sebuah
lagu KISR ‘Cara kita berbeda, tapi islam kita sama’. 13 Fakultas ini selalu
mempunyai warna-warna yang berbeda di tiap tahunnya, tapi berbeda dengan kami,
berbeda pula dengan 80an kelompok yang menyebar disemua penjuru kampus ini.
Akhir kata aku selalu
menyebut semua itu pelajaran. Berusaha untuk ingin tahu, berusaha untuk terus
belajar pada setiap apa yang ditemukan akan memberikan pengetahuan. Entah
dirasakan saat ini maupun nanti.
Sekian dan Terimakasih,
Semoga keberadaanku
bermanfaat. J