Aku
sering menyebut diriku manusia jenis galau, bukan masalah aneh-aneh sih
sebenarnya yang aku galauin tapi masalah masa depan. Tepat sekali alasan
terkuatku karena aku galau passion, aku merasa masih banyak kesukaan, ini, itu,
tikung, belok, lurus yang penting gass, aku kerjakan asalkan masih dijalur yang
benar. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai memahami ada yang salah dari
jalanku. Aku takut terjerumus menjadi manusia jenis “yes” , apapun “yes” sampai
waktu yang tak bisa ditentukan, walaupun terkadang merasa tersakiti. Ciyee
Awalnya
aku baru menyadari "galau setelah lulus", mungkin bisa dikatakan sekarang aku
bersyukur karena diberi kesempatan untuk memikirkannya sekarang. Mau kemana
setelah lulus? Mau kerja? Kerja apa? Mau sekolah? Uang siapa? Kesempatan?
Peluang? Ternyata galauku malah melebar sampai ke masa depan, mau jadi apa aku
ini? Orang desa yang pindah ke kota? Orang desa yang sok ngide? Orang desa yang
...? jawab sendiri. :D
Yah
inilah galau akut yang dirasakan mahasiswi tingkat akhir sepertiku.
Pertama kali daftar, awalnya buat cari acara mengisi liburan sembari menunggu pengumuman pra TA, yang kutahu acara ini buat orang-orang galau. Tak heran jika aku termasuk salah satunya. Ketika diwawancara aku juga menyebutkan bahwa alasanku ikut karena aku galau. Wkwk. Kupikir itu alasan polos yang akan mengurangi poin. Wawancara paling lama tapi santai dan menyenangkan, ya baru kali ini. Kata temanku, acara ini keren pembicaranya juga. Kok dia lebih tahu ya? Mungkin dia kepo dan aku tidak, Pikirku.
Alhamdulillah
rezeki anak sholehah, aku lolos untuk mengikuti camp ini, I’m On My Way.
Dinyatakan lolos aku bingung lagi, soalnya camp akan dilaksanakan tanggal 27-31
Mei, sedangkan aku sudah mendaftar sebagai pengawas SBMPTN ditanggal 31 Mei
itung-itung cari uang buat ongkos pulang. Tapi karena cerita ke teman akhirnya
kupilih jalan pejuang ini. Ceileee... ya aku memilih ikut acara dengan alasan
ini lewat seleksi yang panjang, belum tentu ada kesempatan lagi. Intinya
mencari yang belum tentu ada kesempatan kedua.
Ah
kepanjangan alasannya ya, nggak apa apa deh dikit lagi barangkali ada yani,
yani, yani lagi yang terinspirasi untuk menemukan alasan. :D nggak nyambung ya?
Sambungin ajaa.
Karena
terbiasa pergi sendiri ya sudah pengalaman tak terduga pasti ada, itu yang
mulai ku pikirkan. Setelah pulang kampung tanggal 5-7 Mei aku mulai bertanya-tanya
mengenai rute bis atau kendaraan apapun dari Bandung ke Depok. Karena belum
kepo aku agak khawatir, jangan-jangan ini acara akan diselipin ilmu-ilmu agama
gitu..kan lagi rame. Haha Selang beberapa hari aku baru tahu ternyata ada juga
yang dari ITB, Ayi Mutakin, SF 2012. Alhamdulillah, kali ini ada teman. wkwk.
Masuk grup line peserta I’m On My Way serasa setengah dicekik, kalimatnya
seperti aktivis yang pernah kujumpai dan ku amati ketika di kampus. Nggak
apa-apa deh kan belajar, kekuatan hatiku membela. :D
Tiba
H-4 sebelum berangkat, aku membuka email dan ada pengumuman aku lolos seleksi
pertama Internship Nfd dan harus mengikuti tes tulis tanggal 26 atau 27. Kali
ini tak berpikir panjang lebar kali tinggi. Karena niat awal mau cari
pengalaman dan uang untuk persiapan dana kehidupan semester depan aku mengisi
tanggal 26 untuk tes tulis, karena tanggal 27 pagi harus sudah berangkat ke
Depok. Rencana A aku berangkat tanggal 25 siang, malem nginep di Kakak dan
paginya ikut tes, malam langsung pulang, packing dan 27 pagi berangkat ke depok
bareng Ayi. Atau rencana B, berangkat ke Depok dari Jakarta. Tapi karena suatu
kendala perut akhirnya kuputuskan untuk tidak berangkat dan kugunakan tanggal
26 untuk menyiapkan onderdil tanggal 27 saja.
Tanggal
26.
Dari
jam 09.15 sampai 19.35 di kampus. Rencana menyiapkan onderdil tertunda sejenak
karena harus menemui beberapa teman di kampus dan akhirnya terlena dengan
internetan. :D
Untung
masih sempat lihat pameran kriya dan memberi ucapan selamat ke beberapa temanku
yang sudah lulus. Kan kalo kayak gini jadi termotivasi buat ngerjain TA
jugaaa... J
sering-sering ngadain pameran yaa biar aku sadar terus... #loh
Ini
aku , ncus dan karyanya ncus yang udah lulus (Susi Susyanti)
Tanggal
27
Berangkat
dari Bandung bareng Ayi naik Baraya.
Padahal
aku sudah merepotkan teman-teman di grup BP agar mau telfon nomer hpku sampai
aku sms “sudah jangan telpon” sebagai penanda aku sudah bangun, tapiiii
alhamdulillah bangun kok J . ya walaupun agak telat, sampai
ditungguin Bapak-bapak dan Ibu-ibu se-travel. Alhamdulillah aku nggak ditinggal
:D Terimakasih loo yang sudah mau direpotkan buat nelpon nomer hpku biar
bangun, terimakasih juga Ayi yang mengeluarkan kalimat jitu buat nego ke Bapak
Sopir, juga tak lupa Terimakasih kepada Ibu dan Bapak, teman seperjalanan
menuju ke Melawai 2. Jangan marah yaaa...kan aku sudah menyumbangkan sedikit
latihan bersabar ;) #pembelaan.
Aku
berjejeran dengan Ayi dan Ibu dari Bandung, sebut saja Ibu Putri.
Mau
kemana Neng?
Ke
Depok Bu, nanti berhenti di Melawai2. Ibu mau kemana?
Oh,
sama Neng ke Melawai. Ibu mau nengok anak.
Loh,
kenapa anaknya Bu?
Singkat
cerita Ibu Putri menceritakan menantunya yang dirawat di rumah sakit seusai
persalinan anak keduanya, tapi karena suatu kondisi dedek bayinya harus dirawat
dalam beberapa hari kedepan. Ya Allah tolong beri kesehatan buat dedek bayi itu
Ya Allah...semoga dedek bayinya sehat, bugar, cerdas J
Ibu
bercerita, sedangkan aku sambil mewarnai topi. “Tak apa, kata Ibu Putri”.
Mungkin ini salah satu bukti kalau perempuan hanya ingin didengarkan walaupun
tidak diberikan solusi. Hehe.
Tuh
kan, sudah kuduga kalau aku pergi bersama teman lebih kerasa merepotkannya. Kan
hpku nggak bisa buat gojek, ceritanya hp gerhanaku nggak kuat buat instal.
Jadiii aja Ayi pesen duakali dan harus nunggu aku dapat gojek juga untuk pindah
dari pemberhentian Baraya sampai ke Citos. Sampai
di Citos sekitar jam 11an, aku dan Ayi menunggu di pemberhentian taxi. Sampai
jam 1 baru nambah Vero. Akhirnya kami bertiga menunggu di starbucks seperti
yang dijanjikan panitia.
Jeng-jeng....
jam 2 mbak Iim datang menghampiri kami. ya cerita
ngalor-ngidul-ngulon-ngetan-ngidul meneh. #oposih yan. Sayang sekali aku belum
bisa menikmati pertemuan awal itu, karena harus konsentrasi menikmati batuk.
Kemudian datang Mbak Inez dari Bali. Kupikir awalnya Mbak Inez peserta, soalnya
perawakannya kecil kayak aku :D dan mau membaur, eh ternyata Mbak Inez salah
satu pembicara. Datang lagi, Dias (Psikologi UGM aslinya Jakarta). Sebenarnya
ada 1 lagi Carlos dari Bandung, tapi karena sudah hampir jam 4 akhirnya kami
memutuskan untuk berangkat. Kloter pertama Ayi, Vero dan Mbak Inez. Kloter
kedua Yani, Dias, Mbak Iim...pass banget 5 detik sebelum tancap gas, Carlos
menghubungi Mbak Iim kalau sudah sampai di Citos. Alhasil kita berangkat
bareng, baru kutahu ada Bang Carlos peserta dari Bandung (Parahyangan, 2011
asli Palembang).
Alhamdulillah
sudah makan, tapi mandi belum. Sengaja sih hehe. Sesi pertama yaitu perkenalan,
metode pertama dengan game krisis identitas. Sebelum permainan dimulai, harus
dipastikan semua memakai name tag kemudian menyepakati apa aja yang harus
dikenalkan yaitu; nama, asal, berapa kali pacaran, berapa kali ditolak atau
menolak, pelawak favorit. Misalnya aku kenalan dengan Bayu, nah setelah kenalan
harus tukeran name tag dan berkenalan dengan teman lainnya sebagai orang yang
tertulis di nametag, begitu seterusnya. Metode kedua yaitu kita dibagi menjadi
2 kelompok, aku namai ini game tebak kebohongan. Jadi kami harus menebak 1 kebohongan
dari 3 kalimat pernyataan yang diucapkan. Haha aku ingat betul ketika tiba
giliranku, aku mengucapkan; namaku terdiri dari 15 huruf, aku... memakai
sendal, spontan aku agak jongkok ketika bilang memakai sendal dengan tujuan
agar tidak terlihat. :D dan yang ketiga aku jago membuat kue.
Baru
hari pertama, aku sudah merasa senang dan ruang kekeluargaan di pikiranku
seperti mulai berasap pink. Sekarang aku mau bilang “Untung aku lolos acara
ini” Terimakasih Mas Ebin, pasti karena Mas Ebin mengutarakan curhatanku untuk
menyumbangkan poin kelolosanku di acara ini.