Contact Form

 

SEJAK SAAT ITU




Assalamualaikum,
Hai sekolah teknik dengan beragam cerita dan karakter, dengan mudah kau tinggikan harapan penggemarmu untuk singgah ke negri sebrang, dengan cepat kau tuntun kami agar melahap semua pelajaran, dengan mudah kau tarik penggemar, tapi katanya dengan susah kau melepas penggemar..Mungkin sekarang kau sedang ramai dikunjungi penggemarmu ya? Wah..pasti kau sedang bersiap-siap dengan warna warni bunga untuk menyambut mereka.

Perkenalkan namaku Yani, desain produk 2012. Aku yakin FSRD ITB membutuhkanku, buktinya sekarang aku sedang berada disini untuk mencari ilmu. Kata-kata itulah yang selalu menjadi pikiranku ketika melihat teman-teman meloncat lebih tinggi daripada aku. Sebagai mahasiswa FSRD amatiran, terkadang aku merasa iri melihat teman-temanku jago menggambar, sedangkan aku sedang berusaha untuk mengejar mereka. Karena jengkel, aku lebih senang membuka LKS SMA yang aku bawa daripada membuka kotak pensil warna.
Kertas, kayu, resin, polyurethane yuk kenalan..ternyata aku sudah tingkat dua, belajar pada sesuatu yang baru itulah yang ku suka. Pada tingkat kedua aku masuk Pramuka ITB. Pramuka mengenalkanku dengan 10 dasa dharma. Katanya pramuka jarang diminati di tingkat perguruan tertinggi, tapi tidak untukku. Coklat adalah kesan pertamaku ketika melihat adik-adik pramuka, walaupun tak berasal dari pramuka SD, SMP, SMA, tapi kali ini aku ingin mencoba. Karena kesan pertama ini, ternyata aku mulai menyukai sesuatu dari warna baju yang sebelumnya paling tidak suka sekarang menjadi suka, dari es krim coklat yang awalnya suka jadi lebih suka. Pramuka mengajariku untuk lebih berani, dan disinilah aku bisa ketawa-ketiwi. Yah, aku rasa aku belajar banyak dari pramuka. Sekolah, adik-adik, batu, hutan, gunung, lautan, mulai menyapa dan mengajakku untuk berteman.
‘Aku ingin keliling dunia dengan memakai seragam ini.’ Inilah pertama kalinya dengan berani aku mengucapkan harapan yang tinggi di depan forum, saat itu pertemuan pembinaan dengan pembicara Kak Nyoman Anjani-Ketua Kabinet KM 2013-2014. Kupikir saat itu aku sedang bermimpi, ternyata tidak. Aku sedang berada di tengah lapangan SR melingkar dengan Kak Nyoman dan Kakak-kakak yang lain. Mungkin perlu menjual tanah 50 hektar, ditambah lapangan desa juga kerbau tetangga pikirku lanjut. Karena penasaran, aku selalu mencari info yang bisa membuatku menjawab perkataan ini. Akhirnya di OHU 2014, saya mendapat info dari seorang kakak baru bahwa akan ada jamboree dunia tahun 2015 di Jepang. Mendengar info ini, aku hanya nyengis melihat layar hp yang padam. Bagaimana mungkin aku bisa kesana kemampuan bahasa inggrisku pun dibawah rata-rata , aku hanya pemimpi ulung dari desa, yang jalan ke kota saja masih perlu jual 1000 ton baja dan 1000 kwintal batu bata. Yah, lagi-lagi penasaran seperti apa acara ini, aku tidak mau bertahan kalau aku tak bisa apa-apa di pramuka, aku tak mau bertahan pada pemikiran bahwa aku orang desa yang tak bisa kemana-mana, aku tak mau bertahan bahwa pergerakan hanya untuk mereka, aku tak mau bertahan pada perkataan ‘aku tak bisa’. Jengkel rasanya jika mengingat kata-kata itu selalu memutari otakku setiap kali memulai membangun harapan. Akhirnya aku iseng mendaftarkan diri bersama dengan 2 orang temanku dan 4 peserta didik untuk mengikuti jamboree tahun 2015. Biaya memang menjadi masalah buat kami, tetapi jalan yang tanpa batas itulah peluang kami.
Masih dalam pencarian dana, 25 juta bukanlah jumlah yang sedikit. Apalagi buat kami anak beasiswa, syukur-syukur udah kuliah eh malah nglunjak pengen merekah. Mungkin  karena didorong sifat manusia yang selalu ingin tahu, menjadikan kami dengan yakin dan sungguh-sungguh pasti bisa berangkat. Walaupun terkadang goyah, wajar itulah yang namanya usaha dan inilah yang namanya tim. Kekuatan niat yang ikhlas untuk belajar, serta kerjasama tim yang sungguh-sungguh  berhasil memberangkatkan kami ke 23rd World Scout Jamboree Kirarahama, Jepang. 24 Juli-13 Agustus 2015 adalah hari penuh cerita buatku.
Antara ada dan tiada, tetapi cerita ini benar-benar ada dan nyata, walaupun tidak keliling globe tapi aku bersyukur dan senang berdiri dengan 33.383 orang dari 160 negara di dunia. Allahu Akbar, kurang bersyukur apa aku ini? “Pikirku dalam hati”. Selama kegiatan Allah selalu mengajakku untuk bersyukur, salah satunya ketika tanggal 26 Juli. Waktu itu angin kencang membuat kami beberapa kali bongkar pasang tenda, yang menjadi masalah kenapa tenda Indonesia saja yang sempoyongan, sementara tenda yang lain hanya berkedip melambai ketika angin datang. Setelah rangkanya patah, dan roboh lagi akhirnya kami memutuskan untuk tidur di tempat berkumpul. Keesokan harinya, Allah membuka hatiku lagi untuk mengingatNya, ketika yang lain sedang sibuk mencari sinyal untuk menghubungi keluarga, bahkan ada juga yang sibuk mencari sinyal untuk internetan, tetapi Allah mengajakku untuk bersyukur, genangan air di tenda membuat barang bawaan kami basah semua. Dan itu adalah hari pertama beberapa dari kami mulai bekerja dan aku salah satu orang yang tersisa. Menarik, lumayan nih pengalaman baru nguras tenda di negara orang tidak semua orang bisa dapat pengalaman seperti ini loh’pikirku menenangkan hati’. Menurut cerita orang Jepang yang bisa berbahasa Indonesia, ternyata malam itu, ada badai tapi berbelok. Jadi, tidak terlalu kencang. Tambah bersyukur aku mendengarnya.
28 Juli 2015, ijinkan aku bilang “emaaak anakmu sedang di negara orang lain”. Inilah Jamboree Dunia pertama yang aku ikuti, Inilah event terbesar pramuka pertama yang aku ikuti, inilah pertama kalinya aku ke luar negeri, inilah pertama kalinya aku benar-benar menantang diri, inilah pertama kalinya aku naik pesawat, woow rasanya sakiiit banget kuping serasa ditujes pakai pulpen. Hehe maklum belum pernah.
29 Juli adalah hari pertamaku berkumpul dengan offsite program yang menjadi pilihan ketika di Indonesia, dan Community sudah kutetapkan menjadi pilihan serta pengalaman dan teman baru menjadi incaran. Aku sudah jauh-jauh kesini dengan keringat panas, dingin, airmata, dan jauh dari orangtua masak iya masih mau bergantung ke orang lain? Benar, aku ingin sungguh-sungguh menantang diri disini, aku ingin mendapat sesuatu yang baru dengan mengasah kemampuan dan keberanianku. Ketakutanku terhadap bahasa inggris akan ku lawan dengan Community. Community adalah salah satu sub kegiatan dari offsite prograam, acaranya yaitu mengunjungi dan mengenal budaya daerah-daerah kecil di Jepang. Alhamdulillah, semoga bukan pilihan yang salah. Tugasku mengantarkan empat  regu dari negara yang berbeda sampai ke suatu tempat yang sudah dijadwalkan, mengarahkan SOP di bus, sedikit bercerita tentang tempat yang akan dikunjungi, mengarahkan alur ketika di lapangan, memastikan mereka kembali dengan selamat dan senang. Setelahnya aku boleh menikmati kegiatan onsite program.
Aku menemukan baling-baling bambu dari seorang nenek di pinggir sawah dekat taman bunga matahari, baling-baling ini mengantarkan kami pulang ke Indonesia dengan kagumnya negara tetangga. Ya, mungkin karena perbedaan yang menjadi tawaran. Tapi kurasa aku cinta Indonesia, punya beragam budaya dan kekayaan alam yang berbeda yang tak sungkan-sungkan aku perkenalkan.
Terkadang orang lebih senang dengan mencari atau sengaja menjebak dirinya dalam tantangan, daripada diam menunggu jawaban. Alhamdulillah, inilah jawaban perkataanku yang tak sengaja aku pikirkan kurang lebih 2 tahun yang lalu. Setelah kegiatan ini, aku mulai berani untuk membangun harapan. Setelah kegiatan ini, aku mulai berani untuk membangun harapan. Aku selalu yakin, Allah senang mencubitku ketika aku mulai menjauhiNya, Allah juga sering menegurku ketika aku mulai goyah. Alhamdulillah, aku belajar banyak hal. Akhir kata aku selalu menyebut semua itu pelajaran. Berusaha untuk ingin tahu, berusaha untuk terus belajar pada setiap apa yang ditemukan akan memberikan pengetahuan. Entah dirasakan saat ini maupun nanti. Allah menyukai orang-orang yang memanfaatkan waktu. J I believe, I can try. If you dream it, you can do it.
Semoga bermanfaat J

Pramuka ITB
FBM ITB
KISR ITB
AGRO ITB
Yani Mustikawati



Total comment

Author

Yani mustikawati

0   comments

Cancel Reply