Contact Form

 

OH

sumber: http://www.easyaccountancy.co.uk/how/trades/self-employed-taxi-driver

Oh, begini rasanya ditolak?

Hari ini adalah hari jumat, pertama kalinya aku berangkat sendiri ke Jakarta. Tampaknya hari ini persiapan weekend bagi warga Bandung, maka tak salah Damri yang saya tumpangi bergerak setiap 2 menit sekali. Aku berangkat jam 4 sore dari Bandung. Berharap Allah mengizinkan perjalananku kali ini, aku naik Prima jasa jurusan terminal Lebak Bulus. Ditengah perjalanan, tiba-tiba bus berhenti karena pengelap kaca tidak bisa bergerak sehingga Bapak Kernet terpaksa turun Bis untuk mengelap kaca dengan kain. Jam 22.46 aku sampai di terminal, tidak ragu-ragu aku segera berjalan mengikuti arus angkot sampai jalan besar, seperti pesan Masku sebelumnya kalau aku harus segera mencari taxi. Ku tengok kanan kiri yang ada angkot entah itu jurusan mana aku tak begitu memperhatikannya. Akhirnya aku berjalan kurang lebih 250 m kedepan dan aku belum menemukannya. Karena agak sepi aku berbalik arah menuju pemberhentian bus, aku memilih duduk di warung nasi agar bisa mencari info ke Ibu dan Bapak di warung, ternyata Ibu dan Bapak warung sedang sibuk melayani pelanggan. Akhirnya aku berjalan lagi, tapi kali ini kupilih berbelok ke arah kanan menghampiri taxi yang sedang berhenti di sebrang jalan.

Pak, narik?
Mau kemana Neng?
Ke Pesantren Assidqiyyah Pak,
Wah, maaf Neng Bapak sudah narik dari pagi ini istirahat mau pulang.
Hmm, oke Pak. Emang jauh ya Pak?
Iya Neng,
Hmm biasanya dimana ya Pak ngetemnya taxi?
Tunggu disini aja Neng, nanti Bapak bantu berhentiin teman Bapak.
Ok, Pak.

Sudah 4 kali Bapak memberhentikan taxi temannya, tapi belum juga ada yang nyangkut. Ya udah Neng jalan aja ke depan, pas bus berhenti tadi biasanya disitu ada taxi yang berhenti Bapak mau pulang maaf ya Neng. Kata Bapak Baik hati.
Ok Pak, Terimakasih banyak ya Pak. Sahutku sembari berjalan meninggalkan area taxi Bapak.
Mungkin sekitar 500 m aku berjalan melewati jalan yang berbeda. Kali ini benar-benar sepi, disela-sela gedung ada warung dan kumpulan remaja sedang merokok. Kupilih terus berjalan dan tak menoleh. Heh ada anak ilang, mungkin itu yang dipikirkan orang ketika lewat dan melihatku.
Tepat disebelah proyek bangunan ada taxi yang sedang berhenti, kulihat ada seorang Bapak yang sedang merokok dan memegang kopi di tangan kirinya. Mau kemana Neng? Tanya Bapak padaku. Ke Pesantren Assidqiyyah Pak, sahutku lanjut. Sudah? Iya cuma kalimat itu saja yang ditanyakan kemudian Bapak mengumpulkan asap rokok lagi.
Wah ada taxi lewat, segera kulambaikan tangan untuk memberhentikannya. Dan alhasil, byee ku hanya dilihat dari balik kaca dengan lambaian tangan kanan. Okai, enam kali ditolak taxi, apa aku tidur di terminal saja ya? Aku berhenti di penyebrangan jalan untuk mencari solusi. Lima menit setelah itu, aku jalan lagi masih dengan tas yang sama. Alhamdulillah ada taxi yang menghampiriku, segera kubuka pintu dan duduk.

Taxi belum melaju. Mau kemana Neng? Ke Pesantren Assidqiyyah Pak.
Dimana itu ya Neng? Di kedoya Pak.
Wah bapak nggak tau Neng, maaf ya. Naik taxi yang itu aja Neng, sambil nunjuk perempatan jalan.
Hmm oke Pak, kalau tempat ngetem taxi disebelah mana ya Pak?
Ngikutin jalan ini aja Neng lurus terus nanti ada hotel Y, dibawah biasanya ada.
aku segera keluar dari taxi. Dan jalan lagi.

Setelah beberapa menit jalan, aku menemukan hotel yang dimaksud Bapak tadi dan ku telusuri tepinya alhamdulillah ada taxi.

Pak, lagi narik atau istirahat?
Mau kemana Neng?
Ke Pesantren Assidqiyyah Pak, kedoya.
Wah jauh Neng,
Jadi gimana Pak?
Nanti ya tunggu dulu barangkali teman bapak ada yang mau. Bapak itu segera memanggil temannya daaaaan jeng jeeeeng akhirnya yang kedelapan ini diterima J. Selamaat :D
Namanya Bapak Ade. Bapak ini asli betawi, beliau punya 2 anak di rumah katanya hari ini Bapak harusnya dapat jadwal pagi ( jam 3 udah narik) tapi bapak baru berangkat setelah jumatan.
Neng baru masuk pesantren? Bapak memulai membuat pertanyaan untuk menghindari keheningan.
Bukan Pak, mau ke Kakak.
Oh kakaknya pesantren?
Bukan Pak, kakak kerja di bangunan kebetulan di samping pesantren.
Oh, aslinya mana Neng? Tadi sama siapa?
Aslinya Jawa Tengah Pak, tadi dari Bandung sendiri ini mau ke kosan Kakak besok mau lomba
Oooh, berani ya Neng cewek malem-malem sendiri. Ini mah saling percaya ya Neng. Bapak orang baik-baik kok Neng, insyaallah sampai tujuan. Hati-hati ya Neng, Jakarta nggak pernah sepi.
Mendengar kata-kata itu aku lumayan bingung. Hehe iya Pak.

Sepanjang perjalanan kami bercerita untuk menghindari ngantuk, sesekali duakali Pak Ade juga menasehatiku untuk hati-hati dengan Jakarta. Aku sangat berterimakasih dengan bapak taxi dari betawi ini. Beliau mengantarkanku di depan Pesantren Assidqiyyah. Aku belajar dari Pak Ade bahwa pada siapapun kita harus mengawali dengan berpikiran positif, ketika kita mencoba percaya dengan oranglain, insyaallah orang lain tersebut juga akan membangun kepercayaan terhadap kita.

Pagi yang panas

Baru jam 6 aku sudah selesai mandi, karena menurut jam dinding yang ada di kosan kakakku satu jam lagi kami akan berangkat ke tempat lomba. Jam 09.15 menit aku sampai ditempat sementara Kakakku melanjutkan perjalanan bersama temannya untuk pulang kampung.

Seusai presentasi.
Kamu dari ITB ya?
Iya Bu.
Oh.
Aku bingung, agak  sakit hati tapi mencoba berpikir, bukankah harusnya dia mempunyai sikap yang netral? Apa aku salah?

Sesekali aku mengingatkan pikiranku, ah sudah biasa berjumpa dengan yang seperti ini. Insyaallah aku menyampaikan apa yang aku dapat dan apa yang aku mengerti. Toh apa yang bisa aku songongkan? Aku hanya partikel kecil yang tak pernah terlihat, aku hanya partikel kecil penyusun suatu forum dan unit di kampus ini.

#sampaikanlah kata-kata yang membangun untuk perbaikan bersama.
#juri


Total comment

Author

Yani mustikawati

0   comments

Cancel Reply