Contact Form

 


Siapa yang pernah membayangkan aku sekolah di Bandung? Bahkan Ibu dan Bapakku pun juga tak pernah membayangkannya. Kelas XI dan XII adalah masa pencetak cerita indah dimana aku mempunyai geng bernama “Njengok”. Geng ini dibentuk secara tidak sengaja ketika kami duduk di kelas XI Ipa 4. Awalnya kami hanya perkumpulan siswa yang suka ramai secara bersamaan di kelas, kemudian mengarahkan kami pada suatu permainan sepulang sekolah. Seperti biasa kami ngetem di bawah pohon asem londo depan sekolah, sembari menunggu bis biasanya kami bergurau dengan Lek somai yang sudah dari 2 jam yang lalu menunggu munculnya siswa-siswa menghampiri somainya. Personil kami ada enam orang yaitu Zahra (Bothok) , Meita (Memet), Indah (Bagong), Apit (Keped), Ana (Cempreng) dan aku sendiri (Yani). Suatu hari kami satu kelompok tata boga, pelajaran hari itu adalah membuat agar-agar dengan tepung maizena seperti biasa aku sekelompok dengan geng, mengaduk tepung adalah bagianku. Karena asyik dengan adonan aku tak sadar Zahra memperhatikan kembang kempisnya hidungku, sesekali dia tertawa sendiri. Agar-agar kelompok kami adalah agar-agar paling aneh sedunia Ketika penilaian, Bu Anti (guru tata boga) kelihatan ragu untuk mencicipinya, dan ternyata benar di akhir tenggoroknya yang menelan agar-agar kami, Bu Anti bilang,” masyaallah wis wis gowo wae”. Lantas Memet dan Bagong segera kembali ke ruang masak. Benar sekali, agar-agar kami ada bentuknya,  tapi rasanya diantara. Diantara jangung, susu, kurma yang bercampur menjadi satu. Tidak hanya itu, tampilan agar yang kami buat bukan seperti agar lagi tetapi seperti mayones yang warnanya kuning bercampur coklat susu. Silahkan dibayangkan! Haha.

Singkat cerita ketika kami mencuci panci, Zahra tia-tiba memanggilku, Lek, Lek Yani irungmu lo gak iso diatur, wong nggawe adonan kok njengok. Jan-jane karepe dewe po gak wi? Haha suara tawa teman-teman mengiringi press release dari Zahra. Sejak saat itu, geng kami sering disebut dengan Njengok. Sebenarnya bukan hanya kami yang mempunyai geng tapi ada juga geng D’byu, geng ini kumpulan cewek-cewek kalem yang selalu memasak makanan paling enak ketika tata boga. Ada juga geng Cabul (singkatan dari Cah Bangku Kidul) personilnya adalah cowok-cowok yang nggak kece di sekolah kami. 3 geng ini selalu bermain bareng, walaupun masuk geng yang berbeda kami tidak pernah bertengkar hanya karena kelebihan atau kekurangan, yang ada kami malah semakin menyatu dan melengkapi. Ini buktinya




Tiba saatnya kami berpisah. Kerja di Semarang sudah menjadi pilihan yang tepat bagiku. Sembari menunggu pengumuman kelulusan aku ngeyel meminta izin kepada Ibu untuk ikut kerja di Semarang. Mungkin ini pertama kalinya aku akan pergi jauh dalam beberapa hari, karena tak tega Ibu menghantarkanku sampai terminal Penggaron. Asyik bukan? Ya, aku ditemani Ibu dan Adikku sebelum aku dijemput Eko, teman sekampungku. Kata Ibu, Ibu menangis ketika perjalanan pulang ke Purwodadi. Mungkin karena baru lima tahun aku tinggal bersamanya kemudian memilih untuk cepat-cepat kerja. Yang jelas, Ibu menangis ketika ditawari tahu oleh Bapak penjual tahu di bus.
Satu minggu hari kerjaku, dengan izin pertama dari pemilik usaha aku pulang ke Purwodadi untuk mengikuti serangkaian acara perpisahan. Ciyee ini pertama kalinya aku memakai kebaya loh, minjem lagi. Haha. Kata Guru Bahasa Indonesiaku, wah Yani tampil beda ya hari ini udah bisa memakai kerudung kotak Yan? Nyengir aja balasanku. Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya, karena masih satu kabupaten, kami masih berpikiran ini hanya acara sesaat saja dan bukan peresmian bahwa kami harus berpisah.
Hari Jumat di minggu kedua aku kerja, aku mendapat nasehat yang kupikir inilah doa.

Dek ini foto anakku kenapa jadi begini? Kok gendut?
Memang begini aslinya Pak, fotonya juga tidak saya edit sama sekali, cuma di crop bagian sisi kanan dan kiri aja Pak karena backgroundnya lebar.
Halah, nggak. Biasanya juga bagus kalau Masnya yang nyetak.
Oh maaf Pak, kebetulan Masnya lagi ngurus kuliah jadi tidak berangkat kesini.
Kamu anak baru ya? Biasanya juga bagus, ini kok jadi gendut.
Iya Pak, saya baru dua minggu kerja disini. Ini aslinya memang gini Pak. saya cuma memotong sisi kanan dan kiri karena background dari hp emang layarnya horizontal.
Kamu anak baru ya, udah belajar aja dulu Dek. Biasanya saya juga nyetak disini, tapi bagus nggak gendut gini.
Iya Pak, maaf.
Saya nggak mau bayar ya, ini fotonya jelek.

Okai, inilah doa dari pelanggan yang pertama kali complain ke saya. Tidak, aku tidak marah. Semalaman aku berpikir bahwa aku harus bisa, aku selalu menunggu Masnya untuk kembali kerja lagi disini agar bisa mengajariku. Tetapi kudengar, Masnya memilih untuk fokus kuliah. Kupikir ini hari istimewa, aku tidak tahu apakah ini pertanda atau jawaban. Aku bermimpi dibawa pesawat sukhoi ke suatu tempat, dalam perjalanannya aku melewati gunung dan kemudian berhenti. Kulihat tadi banyak teman-teman SMA ku tetapi ketika aku memutari pesawat, mereka tak tampak. Sesekali muncul dan kemudian pergi lagi. Ada satu temanku yang terlihat bingung, ketika kudekati malah pergi seperti kebingungan mencari barang yang hilang.

Hari sabtu,
Sepi amat, hari ini dapat 100ribu nggak ya? Pikirku dalam hati.
Yan? Panggil Mas Pri tetangga sebelah
Iya Mas, sahutku segera
Sepi ya?
Iya, dari tadi nggak ada pelanggan, yang ada malah beli minum doang. Jawabku.
Mas Pri menceritakan padaku setelah universitas itu pinda,  usaha rental yang aku tempati memang sepi, ditambah sekarang tiap jasa fotocopy sudah mempunyai printer. Dan tidak sedikit pasca sarjana yang mempunyai leptop untuk menunjang pengetikan tugas mereka.
Yan, kok hari ini Cuma dapat 46ribu? Tanya Mas Pemilik usaha
Iya Mas, tadi sepi banget nggak ada yang negprint atau rental komputer, tadi orangnya cuma beli minum dan bayar DP kaos.
Biasanya Mbak Ajeng juga buka kalau hari sabtu, tapi nggak pernah dapat sesedikit ini. Jawab si Mas dan kemudian pergi.
Karena agak sakit hati mendengar kalimat yang menurutku itu suatu kalimat ketidak percayaan, aku segera membuka catatan terdahulu. Ku fokuskan penglihatanku pada penghasilan hari sabtu, aku yakin bukan aku yang salah. Apa aku tidak membawa keuntungan? Ternyata memang benar, tiap hari sabtu penghasilan selalu sedikit bahkan aku melihat pemasukan tertulis Rp. 18.000. Jadi, bukan aku yang salah kan? Jam 4 sore aku sudah menutup toko untuk persiapan pulang besok.
Tepat dua minggu kerja, aku memutuskan untuk pulang lagi. Bukan karena nggak betah tetapi karena aku merasa merepotkan teman-temanku yang kerja di lingkunganku. Setiap pagi aku dijemput untuk berangkat bareng dan ketika pulang ada saja orang yang menghantarkanku pulang. Kebetulan minggu itu adalah pengumuman kelulusan, aku jadikan ini sebagai momen penting dan salah satu alasan untuk membawa semua barang-barangku.

Hari senin, 26 Maret 2012.
Pengumuman kelulusan menjadi momen penting bagi siswa-siswi SMA, tidak jauh-jauh dari warna kami pun ikut menikmatinya. Setelah pembagian amplop berisi pengumuman, aku meminta izin ke Bapak untuk pulang telat, kupikir Bapak sudah menebaknya. Coretan pilox dan spidol mewarnai seragam kami, dibantu dengan tanda tangan menjadikan seragam kami penuh ukiran tak jelas. Setelah puas mencoret-coret seragam teman, geng Njengok, Dbiyu dan Cabul memilih untuk makan mie ayam daripada keliling motor-motoran. Sebenarnya karena beberapa dari kami tidak bisa naik motor sih, haha. Jalan wirosari ramai, penuh lalu lalang anak SMA, jam 4 kami memutuskan untuk bubar dan pulang ke rumah masing-masing. aku pulang bersama Ana naik bus pintu dua. Dret dreeet..dering HP ku mendapat sms dari Nanda teman sekelasku.
Yan, gimana ketrima nggak?
Ketrima apa Nand?
SNMPTN?
Kan belum pengumuman Nan, nanti tanggal 28.
Dimajuin Yan, ini udah pengumuman.
Waduh, nggak tau Nan, nggak bisa ngecek.
Aku cek in ya?
Iya. (ini username dan pasworku)
Waah..selamat Yan ketrima di ITB
Ha? Mosok? La kue piye Nand? Tenan po gak ki? Duh gak wani bali aku
Iya Yan. Bener tadi udah aku cek.
Perasaanku hancur, antara deg-degan nggak berani bilang ke orang tua, bingung mencari kerja yang lebih jauh atau aku harus memilih kuliah? Jauh lagi!
Allahu akbar, Allahu Akbar. Suara adhan magrib dari desaku. Aku dan Ana baru sampai lapangan desa. Sesampainya di rumah, aku tidak berani bilang apa-apa. Bukan merasa bersalah karena pulang malam dengan baju yang penuh coret-coretan tetapi karena memikirkan pengumuman.
Mak, tak kandani neng ojo nesu yo?
Ogak, lapo?
Aku ketrimo ning Bandung.
Masayaallah? Tenan to kae tau tak takokno jaremu ning Solo malah ning Bandung. Terus piye? Adoh lo, duwite sopo?

Baru kali ini aku benar-benar merasa membingungkan orangtua. Setelah sholat magrib, Ibu menceritakannya pada Bapak. Sudah kuduga pasti Bapak ikut bingung, dan tidak mengizinkanku karena kasihan. Bapak selalu melihat diriku sebagai anak kecil kesayangannya, sampai-sampai mau kerjapun harus ada kata “kasihan” terlebih dahulu. Sepertinya ini karena perawakanku yang kecil, mungkin Bapak kira aku tidak kuat untuk gotong barang berat. haha

Setelah menelfon Masku, Bapak memilih bertamu ke Pak Carik ( sekretaris desa) untuk berkonsultasi mengenai kelanjutan pengumuman yang diberikan padaku. Alhasil Bapak pulang ke rumah membawa jawaban yang mantap “aku harus ambil kesempatan itu”. Bapak dan Ibuku memang tidak terlalu mengerti tentang perkuliahan, begitupun aku. Kata Pak Carik ITB itu bagus, seperti yang dibilang Winda ketika aku daftar SNMPTN bersamanya. Mendengar hal tersebut, De Darto tetangga yang juga ketua RT ikut mendukungku agar aku mengambil kesempatan ini. Dengan bekal 1 juta, pinjaman dari Masku, aku dan Bapak berangkat ke Jakarta untuk menyusulnya. Ketika sampai di Jakarta, aku langsung pindah bus menuju Bandung diantar oleh Masku.

Bandung memberiku harapan agar aku tidak gampang berbalik arah sebelum aku mengetahui hasilnya. Hari pertama daftar ulang, aku hanya dilihat Mas Kin dari luar, sementara yang lain ada Ibu, Bapak mungkin Kakek, Nenek.

Ini minum ya, kalau panas pake topinya. Ucap salah seorag Ibu pada anak laki-lakinya.
Hem. Aku menunduk.

Satu bulan setengah matrikulasi bersama 46 temanku dari beberapa penjuru, mereka mengenalkanku pada macam-macam kertas, alat warna, dan beberapa bahan yang tidak bisa kutemui ketika di Purwodadi. Aku baru sadar bahwa kampus ini ternyata berbeda seperti yang orang-orang katakan. Karena tidak ingin menjadi yang biasa-biasa saja aku harus membuktikan bahwa tidak hanya kampusnya yang berbeda tetapi juga mahasiswanya.

Alhamdulillah, satu bulan di kosan aku pindah ke asrama, akhirnya aku punya teman. Pengalaman kesasar menuju ke annex malah sampai Cicaheum menjadikan aku semakin berani untuk lebih mengenal kota ini. Mungkin ini karena bantuan doa dari Bapak pelanggan waktu itu, pikirku dalam hati.

Matrikulasi hanya sebulan, ini ditunjukkan pada mahasiswa yang ketrima SNMPTN untuk penyetaraan pikiran. Sebelum Pulang Kampung, kami dibekali kalimat oleh Bapak Dosen, “mereka yang ketrima SBMPTN itu rela ikut les privat gambar untuk ketrima kesini, jadikalian harus bisa seperti mereka!”


Sudah sampai disini dulu Jilid 2nya. Ternyata Allah memudahkanku untuk belajar menggambar. Keinginan yang kupikirkan dari kelas 3 SD untuk bisa menggambar seperti di buku Bahasa Indonesia sedikit demi sedikit mulai terbantu dengan kesadaran bahwa aku dipilih untuk terus belajar dan bersyukur, dan tanpa kusadari FSRD ITB lah penyalurnya. setelah itu, aku percaya bahwa mimpi membuatku menjadi orang yang harus mendapat jawaban. Aku harus berusaha dan selalu semangat untuk meraih mimpiku. OSKM ITB 2012 mengajakku untuk mulai membangun mimpi.

Total comment

Author

Yani mustikawati

Coretan Awal Tahun dari Palembang

Kata mereka ini konyol

Yakin mau tau?
Hari ini adalah hari penerbangan keduaku. Penerbangan kali ini ke Palembang dengan tujuan mengikuti babak final dan presentasi lomba daur ulang sampah. Karena takut telat jam setengah 2 kami berangkat bertiga dari Bandung. Kami terbang jam 18.10 dari Jakarta.
di Bandara Soekarno-Hatta seusai bordingpass.

Kenapa dek?
Pak mau nitip di bagasi
Tempatnya mana?
Nggak bawa Pak, harus ada tempatnya ya?
Iya masak ditaruh bagasi satu satu , nanti pasti juga dihancurin, udah adek ambil tasnya aja dulu, tasnya dimana?
Diatas Pak, dbawa temen
Yaudah diambil aja dulu, isinya apa? Uang?
Bukan Pak, isinya baju dan karya kalo aku balik takut nggak cukup Pak waktunya ( dengan tergesa-gesa menjawab tanpa melihat jam dulu)
Berangkat jam berapa?
Jam 18.10 Pak,
Masih lama..pasti cukup, udah ambil aja
Duh gimana ya Pak, tasnya udah dibawa temen ke atas Pak. Solusinya gimana ya Pak? Kalau ditinggal gimana?
Ditinggal gimana maksudnya? Nanti kalo udah balik dari Palembang diambil lagi gitu?
Iya Pak, bisa nggak?
Ya nggak bisa, disini tdk ada tempat penitipan. Adanya di 1A
Disinikan B Pak,
Iya disini nggak ada, udah adek ambil tasnya aja dulu
Gimana kalo dititipkan ke tas orang Pak atau di kresekin gitu Pak ? (mikir dalam hati)
Gimana ya Pak solusinya?
Kalaupun dibawa ke atas nanti pasti disuruh nitip ke bagasi
Iya tadi udah dari atas Pak, makanya ini saya ke bawah. Emang kalo bor nggak boleh dibawa ya Pak?
Nggak boleh kan benda tajam
Hemm... mikir (masih ngeyel)
Ya udah deh Pak saya bawa aja
Nanti pasti disuruh turun pas diperiksa
Iya Pak tadi saya udah ke atas dan disuruh turun buat nitip ini ke bagasi.
Ya udah jadi mau gimana?
Aku bawa aja deh Pak.. (sembari tergesa-gesa akhirnya kupikirkan mantap kubuang)
Maapkan akuuu. Bukan Yani jika tak merepotkan oranglain, katanya.

3 Februari 2016
Hari ini kita pameran.
Pagi yang sedikit mengagetkan bagiku. Biasanya di Bandung aku bangun jam setengah 6 dengan kondisi mulai terang, tadi pagi aku bangun jam 5 masih petang belum ada suara pintu dibuka maupun secuil obrolan manusia.
Inilah Palembang di jam 5.10

Seusai sholat subuh aku menengok jendela dari kamar Mbak Merry yang dipinjamkan ke aku, setelah mengambil gambar ala-ala foto di facebook aku segera melanjutkan pekerjaan yang kutunda tadi malam yaitu membuat mini prototype.
Kami baru selesai mengerjakan prototype pukul 08.55 dan segera bergegas ke Plaza Teknik untuk mengikuti pameran. Sambutan-sambutan banyak dari beberapa ketua dan perwakilan kemahasiswaan UNSRI mengiringi pembukaan acara pada hari ini.
Pameran dimulai,
Halo Kak, silakan
Ayo Kak, mampir ke kosan kita

Itulah kalimat tawaran dari kami ketika pengunjung berdatangan, satu diantara 10 terkadang mencuri curi pandangan ke stand kami padahal mereka di stand sebelah. Yah stand sebelah memang selalu ramai baik dari koin maupun pengunjungnya. Bukan iri kok, kami senang belajar darimanapun. Kesempatan kami datang kesini itu sudah membuktikan bahwa kami mau belajar. Benar, setelah bercakap-cakap cukup lama kami mengganti target pameran hari ini, tujuan kami adalah menginspirasi. Bukan untuk dikatakan juara, atau dikatakan hebat. Kami adalah pembelajar, kami adalah perkumpulan orang-orang yang mempunyai hobi sama. Tidak hanya kompetisi, tetapi saling bertukar informasi untuk perbaikan bersama. Kami ingin berbagi ide dan inovasi yang bisa dikembangkan dari masing-masing orang maupun kelompok sedikitnya 3 orang untuk merealisasikan memanfaatkan limbah spanduk menjadi sebuah produk fungsional.

Kita pikir kita sudah bercakap-cakap lama ternyata kita baru dua jam. Perolehan koin pertama 24, kedua 4, ketiga 3. Alhamdulillah kami kesini dengan tidak ada satupun yang mengenal kita dan tidak ada yang bisa kita gantungkan selain beradaptasi dan belajar. Setidaknya dengan 31 ini kita bisa menebar manfaat untuk mengajak mereka memanfaatkan limbah spanduk.

Waktunya sholat dhuhur, begitulah yang kami dengar dari panitia. selanjutnya peserta bisa gantian untuk jaga stand dan sholat. Aku dan Sigit memutuskan untuk sholat duluan di masjid fakultas Teknik, setelah itu segera kembali ke stand. Ketika kami kembali ke stand tiba-tiba adhan berkumandang. Waduh, aku dan sigit saling melihat sepertinya kita memikirkan hal yang sama. Setelah sholat dhuhur, kami tidak bisa membangkitkan semangat lagi, entah karena apa kami juga tak tahu, mungkin karena makan nasi sekepal yang tidak biasa diperut kami hingga kami mengantuk.

Universitas Sriwijaya adalah Kampus yang sangat luas, mungkin butuh 7x atau 8x kampus ITB. Sudah hampir satu hari disini tidak ada yang hafal jalan dari kami bertiga. Pameran selesai jam 15.00, setelah sholat ashar kami diantarkan panitia ke asrama. Karena besok event terakhir, kami janji akan menyelesaikan slide presentasi dan tentunya latihan presentasi malam ini. Karena tidak tahu tempat, kami memilih lesehan di depan asrama orang timur untuk latihan dan menyelesaikan slide presentasi sampai jam 11.00, kemudian kembali ke asrama masing-masing.

4 Februari 2016
Jam 08.00 aku sudah siap dan berdiri di lantai dasar menunggu angkot yang akan mengharntarkan kami ke gedung arsitek. Dengan mengenakan batik LT yang kami banggakan kami sudah siap melahap apapun saran dan masukan oleh juri.
Jam 09.30 presentasi dimulai, namun setelah penampilan tim pertama kami yang seharusnya mendapat urutan ke 4 berubah menjadi ke 11 karena permintaan juri. Waktu presentasi pun berkurang menjadi 7 menit tiap tim. Ya beginilah kami, bukannya tidak mau berusaha tetapi ini sudah pol-polan usaha kami, dengan bekal kos-kosan mini yang dilengkapi dengan Rako kami menjelaskannya dengan Sampurasun.
Kali ini, semoga juri yang kutemui netral dan mau memberi masukan. (ini bukan trauma) hehe.
Alhasil, kami diapit oleh dua jas almamater yang sama.




Ini timku, yang terkadang bijak ada disamping kananku namanya Sigit, dan kayak adek-adek ituuuuu namanya Rifki Mega Saputra ada di samping kiriku. Kami mengenakan batik LT kebanggan lhoo dari acara Bidikmisi yang berkolaborasi dengan PPSDMS tahun lalu, mungkin ini bisa dijuluki batik kemenangan :-P

 Dan iniiiiii teman barukuuu yeee J Terimakasih 
Universitas Medan, Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya


Akhirnya bisa mencoret dua harapan di tahun ini *keluar jawa *menang lomba.

#sekalimendayungduatigapulauterlampaui :-P

Total comment

Author

Yani mustikawati
sumber: http://www.easyaccountancy.co.uk/how/trades/self-employed-taxi-driver

Oh, begini rasanya ditolak?

Hari ini adalah hari jumat, pertama kalinya aku berangkat sendiri ke Jakarta. Tampaknya hari ini persiapan weekend bagi warga Bandung, maka tak salah Damri yang saya tumpangi bergerak setiap 2 menit sekali. Aku berangkat jam 4 sore dari Bandung. Berharap Allah mengizinkan perjalananku kali ini, aku naik Prima jasa jurusan terminal Lebak Bulus. Ditengah perjalanan, tiba-tiba bus berhenti karena pengelap kaca tidak bisa bergerak sehingga Bapak Kernet terpaksa turun Bis untuk mengelap kaca dengan kain. Jam 22.46 aku sampai di terminal, tidak ragu-ragu aku segera berjalan mengikuti arus angkot sampai jalan besar, seperti pesan Masku sebelumnya kalau aku harus segera mencari taxi. Ku tengok kanan kiri yang ada angkot entah itu jurusan mana aku tak begitu memperhatikannya. Akhirnya aku berjalan kurang lebih 250 m kedepan dan aku belum menemukannya. Karena agak sepi aku berbalik arah menuju pemberhentian bus, aku memilih duduk di warung nasi agar bisa mencari info ke Ibu dan Bapak di warung, ternyata Ibu dan Bapak warung sedang sibuk melayani pelanggan. Akhirnya aku berjalan lagi, tapi kali ini kupilih berbelok ke arah kanan menghampiri taxi yang sedang berhenti di sebrang jalan.

Pak, narik?
Mau kemana Neng?
Ke Pesantren Assidqiyyah Pak,
Wah, maaf Neng Bapak sudah narik dari pagi ini istirahat mau pulang.
Hmm, oke Pak. Emang jauh ya Pak?
Iya Neng,
Hmm biasanya dimana ya Pak ngetemnya taxi?
Tunggu disini aja Neng, nanti Bapak bantu berhentiin teman Bapak.
Ok, Pak.

Sudah 4 kali Bapak memberhentikan taxi temannya, tapi belum juga ada yang nyangkut. Ya udah Neng jalan aja ke depan, pas bus berhenti tadi biasanya disitu ada taxi yang berhenti Bapak mau pulang maaf ya Neng. Kata Bapak Baik hati.
Ok Pak, Terimakasih banyak ya Pak. Sahutku sembari berjalan meninggalkan area taxi Bapak.
Mungkin sekitar 500 m aku berjalan melewati jalan yang berbeda. Kali ini benar-benar sepi, disela-sela gedung ada warung dan kumpulan remaja sedang merokok. Kupilih terus berjalan dan tak menoleh. Heh ada anak ilang, mungkin itu yang dipikirkan orang ketika lewat dan melihatku.
Tepat disebelah proyek bangunan ada taxi yang sedang berhenti, kulihat ada seorang Bapak yang sedang merokok dan memegang kopi di tangan kirinya. Mau kemana Neng? Tanya Bapak padaku. Ke Pesantren Assidqiyyah Pak, sahutku lanjut. Sudah? Iya cuma kalimat itu saja yang ditanyakan kemudian Bapak mengumpulkan asap rokok lagi.
Wah ada taxi lewat, segera kulambaikan tangan untuk memberhentikannya. Dan alhasil, byee ku hanya dilihat dari balik kaca dengan lambaian tangan kanan. Okai, enam kali ditolak taxi, apa aku tidur di terminal saja ya? Aku berhenti di penyebrangan jalan untuk mencari solusi. Lima menit setelah itu, aku jalan lagi masih dengan tas yang sama. Alhamdulillah ada taxi yang menghampiriku, segera kubuka pintu dan duduk.

Taxi belum melaju. Mau kemana Neng? Ke Pesantren Assidqiyyah Pak.
Dimana itu ya Neng? Di kedoya Pak.
Wah bapak nggak tau Neng, maaf ya. Naik taxi yang itu aja Neng, sambil nunjuk perempatan jalan.
Hmm oke Pak, kalau tempat ngetem taxi disebelah mana ya Pak?
Ngikutin jalan ini aja Neng lurus terus nanti ada hotel Y, dibawah biasanya ada.
aku segera keluar dari taxi. Dan jalan lagi.

Setelah beberapa menit jalan, aku menemukan hotel yang dimaksud Bapak tadi dan ku telusuri tepinya alhamdulillah ada taxi.

Pak, lagi narik atau istirahat?
Mau kemana Neng?
Ke Pesantren Assidqiyyah Pak, kedoya.
Wah jauh Neng,
Jadi gimana Pak?
Nanti ya tunggu dulu barangkali teman bapak ada yang mau. Bapak itu segera memanggil temannya daaaaan jeng jeeeeng akhirnya yang kedelapan ini diterima J. Selamaat :D
Namanya Bapak Ade. Bapak ini asli betawi, beliau punya 2 anak di rumah katanya hari ini Bapak harusnya dapat jadwal pagi ( jam 3 udah narik) tapi bapak baru berangkat setelah jumatan.
Neng baru masuk pesantren? Bapak memulai membuat pertanyaan untuk menghindari keheningan.
Bukan Pak, mau ke Kakak.
Oh kakaknya pesantren?
Bukan Pak, kakak kerja di bangunan kebetulan di samping pesantren.
Oh, aslinya mana Neng? Tadi sama siapa?
Aslinya Jawa Tengah Pak, tadi dari Bandung sendiri ini mau ke kosan Kakak besok mau lomba
Oooh, berani ya Neng cewek malem-malem sendiri. Ini mah saling percaya ya Neng. Bapak orang baik-baik kok Neng, insyaallah sampai tujuan. Hati-hati ya Neng, Jakarta nggak pernah sepi.
Mendengar kata-kata itu aku lumayan bingung. Hehe iya Pak.

Sepanjang perjalanan kami bercerita untuk menghindari ngantuk, sesekali duakali Pak Ade juga menasehatiku untuk hati-hati dengan Jakarta. Aku sangat berterimakasih dengan bapak taxi dari betawi ini. Beliau mengantarkanku di depan Pesantren Assidqiyyah. Aku belajar dari Pak Ade bahwa pada siapapun kita harus mengawali dengan berpikiran positif, ketika kita mencoba percaya dengan oranglain, insyaallah orang lain tersebut juga akan membangun kepercayaan terhadap kita.

Pagi yang panas

Baru jam 6 aku sudah selesai mandi, karena menurut jam dinding yang ada di kosan kakakku satu jam lagi kami akan berangkat ke tempat lomba. Jam 09.15 menit aku sampai ditempat sementara Kakakku melanjutkan perjalanan bersama temannya untuk pulang kampung.

Seusai presentasi.
Kamu dari ITB ya?
Iya Bu.
Oh.
Aku bingung, agak  sakit hati tapi mencoba berpikir, bukankah harusnya dia mempunyai sikap yang netral? Apa aku salah?

Sesekali aku mengingatkan pikiranku, ah sudah biasa berjumpa dengan yang seperti ini. Insyaallah aku menyampaikan apa yang aku dapat dan apa yang aku mengerti. Toh apa yang bisa aku songongkan? Aku hanya partikel kecil yang tak pernah terlihat, aku hanya partikel kecil penyusun suatu forum dan unit di kampus ini.

#sampaikanlah kata-kata yang membangun untuk perbaikan bersama.
#juri


Total comment

Author

Yani mustikawati