diabaikanlah uluran tangan itu, ketika itu aku sedang berjalan menyusuri tangga lantai, ku buka mataku untuk melihat apakah dia bergurau, tapi dia mengernyitkan dahi memandang kelinci yang sedang dikulitinya, karena selama setahun terakhir mereka menghabiskan waktu untuk mendandanimu agar siap bantai ketika sudah waktunya nanti. aku sembunyi-sembunyi melirik dari celah papan yang ku pikir itu jendela, tiba-tiba ciss... tumpahan darah kelinci itu mengenai mataku , aku pikir ini celah yang salah akhirnya aku melangkah 3 langkah samping kanan dan menemukan sebuah pintu, aku pun masuk. Sungguh dia tidak melakukan apa-apa kataku sambil menutup sebelah mataku. Kau harus menghargai dirimu sendiri atas apa yang telah kau lakukan di masa lalu kata kelinci itu sambil berteriak kesakitan. Aku terkejut mendengar teriakan kelinci itu, aku mulai tahu mengapa mereka melindungiku, apakah ini jalan yang salah dan ku pikir tidak, siapapun boleh memulai, orang bawah sepertiku memang butuh waktu banyak untuk beradaptasi dengan pejabat pikirku, kamu mungkin punya waktu empat puluh lima tahun lima hari enam jam tiga puluh menit untuk mengatakan butuh,butuh, butuh tapi bagaimana dengan panahanmu ?sahut kelinci itu. Aku mengerang kesakitan ketika kaki kananku menginjak sebuah paku yang berdiri, rasanya mengerikan seperti sebuah batu yang dilemparkan dari atas kepala. Bagaimana aku harus membidik, sementara mata, tangan dan kakiku terluka ?sahut ku.seharusnya dari awal ku ambil lelaki itu dulu.kata kelinci dalam keheningan krik krik krik krik tampak kecoa berjalan memutarkan kran air di seberang. Kelinci itu tampak kesal dan beberapa kali aku mendengar suara lirih 'bodoh, bodoh".Malam itu begitu hening hingga detakan jantungpun terdengar seperti suara drum yang sedang dimainkan anak band. Sepertinya kesal itu pasti ada dan beberapa kutemui ada kata-kata yang tak jernih, lalu aku berpikir apakah aku juga seperti itu ketika aku menemui kesal disetiap jalan panahanku ?yang kupikir selama ini aku tak pernah berani mengucap kata-kata tak jernih semacamnya, namun itu hanya pikirku saat itu, beberapa kali aku menoleh pada kelinci yang terus memandangiku, kupikir tak sesekalipun ia mengedipkan mata untuk bernafas. ternyata batu segenggaman tangan itu melayang diatas kepalaku, tanpa gerakan sama sekali sepertinya jam lupa cara berputar, detakan itu pun semakin keras bagaimana dengan cara bumi yang berputar, sepertinya bumi lupa mengatur perputarannya. seakan semua pura-pura lupa akan pelajaran ipa.hahaha batu pun memecahkan kaca di depan badanku, pecahan bilangan kaca mengenai mukaku hingga tampak beberapa cahaya keluar, terimakasih kau selalu melukis hariku dengan pelajaran yang tanpa kau sadari kuharap kau juga dapat pelajaran sahutku lirih dan kubanyangkan akan warna-warna cahaya di langit eropa saat itu, Kelinci itu tertawa puas melihat pecahan kaca itu, tidakkah kau tahu apa yang kau punya ? kau selalu tidak tahu itu dan hanya kecoa yang bisa kau singgahi. tidakkah sebaiknya aku lihat dengan siapa aku berbicara, pikirku dalam hati. kemudian aku terjatuh dengan selimut cair dari pecahan kaca itu. jdeeeer aku menggelinding dari kasur dan terbangun ternyata sudah pagi, tak ada tampak depan, tampak samping, tampak atas, tampak bawah sepenggal makanan apapun.
Bisakah kau bersifat waras jika didepanku, suara lirih itu menghantarkan keberjalananku mendekat ke jendela yang dulu selalu kusinggahi ketika aku bangun, nampaknya dia menyelipkan kata kata mengganggu di akhir katanya. Aku pun tampak biasa saja hingga beberapa kali, ternyata dibelahan bumi utara orang sedang menangis kesusahan, jika diantara bumi ini ada jembatan yang menghubungkan antara planet-planet mungkin dunia ini tidak akan menjadi bumi yang seperti ini, hanya saja hanya Allah yang dapat membolak-balikkan planet pikirku sesaat setelah langkah kanan ku mengawali perjalanan. Semua berputar pada porosnya,sepertinya tidak ada kelinci tersisa dalam hutan itu, langkah semut berjalanpun terdengar seperti nada lagu, semua tampak sepi. Tidakkah kau hentikan jalanmu sejenak menghirup udara dan lihatlah disana ada danau “kataku padanya. Tidak, ketika usiaku sudah pantas nanti aku juga akan berhenti dengan sendirinya, aku masih menyukai berburu dan siapapun dia aku tak peduli. Sore setengah malam itu menghantarkan kami pulang ke pemukiman kumuh dekat tangga perempatan jalan. Entah hari ini hari apa, aku dipenuhi dengan rasa takut, kayu pun tampak seperti ulat dan ulat pun tampak seperti kulit terkelupas semua yang kulihat seperti bercerita mereka menyampaikan kata lewat tatapan yang setengah jam lagi seperti akan menerkamku. Bukan karena gengsi ataupun entahlah apa namanya itu, aku punya pikiran sendiri tentang diriku yang memang tampak aneh akhir-akhir ini, pikiran tak tentu itu membuat ku berjalan tanpa arah yang tanpa kusadari aku tiba disuatu tempat dimana aku menemukan celah dari bilah-bilah bamboo dan semua menoleh memandangiku, aku pun tak tahu harus menemukan jawaban itu darimana lagi, aku merasa terombang-ambing dengan harapan dan kata-kata yang aku buat sendiri selama itu pun aku hanya bisa terdiam mengamati jarum jam yang terus-terusan melihatku juga, dari kejauhan tampak siluet jerapah yang melambaikan tangan padaku, aku bergegas dan ingin segera bangkit hanya saja jarum jam itu terus mengamatiku dan membuat aku takut dan tidak berani untuk bergerak, bawahan seperti aku hanya bisa berharap untuk saat ini dan semua harapan itu tak ada yang tahu kapan akan terjawab.
Disuatu hari ketika aku sedang berjalan ke rumah makan Keong kutemukanlah seutas kain yang melilit botol dan bertuliskan Bukan karna dikorbankan, ditumbalkan atau tidak dipedulikan ketika aku sudah memilih pilihan itulah pilihannya dan kerjakanlah, buat apa mengeluh pada pilihannya sendiri toh pada akhirnya kita juga akan mengerjakannya,Terimakasih kelinci, jerapah, kecoa dkk kalian selalu mengajariku hal yang tak terduga . Seketika itu aku langsung terperosok dalam sungai kecil di depanku karena aku membaca sambil berjalan, lagi lagi orang tertawa dengan itu bahkan kelinci yang ada di sampingku pun tidak menyadari kejatuhanku entah karena muka atau karna tinggi badan pikirku sesaat didalam selokan. Ku jinjing robekan celanaku kemudian naik ke jalan dengan basah kuyup aku berlari mengejar kelinci yang aku percaya diawal tadi, Hoe..hoee jeritku memanggilnya
Disuatu hari ketika aku sedang berjalan ke rumah makan Keong kutemukanlah seutas kain yang melilit botol dan bertuliskan Bukan karna dikorbankan, ditumbalkan atau tidak dipedulikan ketika aku sudah memilih pilihan itulah pilihannya dan kerjakanlah, buat apa mengeluh pada pilihannya sendiri toh pada akhirnya kita juga akan mengerjakannya,Terimakasih kelinci, jerapah, kecoa dkk kalian selalu mengajariku hal yang tak terduga . Seketika itu aku langsung terperosok dalam sungai kecil di depanku karena aku membaca sambil berjalan, lagi lagi orang tertawa dengan itu bahkan kelinci yang ada di sampingku pun tidak menyadari kejatuhanku entah karena muka atau karna tinggi badan pikirku sesaat didalam selokan. Ku jinjing robekan celanaku kemudian naik ke jalan dengan basah kuyup aku berlari mengejar kelinci yang aku percaya diawal tadi, Hoe..hoee jeritku memanggilnya